Kamis, 26 Februari 2009

Konjungsi Korelatif

J. Konjungsi (Kata Sambung)
Konjungsi adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih.
Konjungsi disebut juga dengan istilah kata sambung, kata hubung, dan kata penghubung.

Jenis-jenis konjungsi:
1. Konjungsi antarklausa, dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
a. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang sama. ( =konjungsi setara )
Macam-macam:
- dan (menyatakan penambahan)
- tetapi ( menyatakan perlawanan)
- atau ( menyatakan pemilihan )


b. Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang tidak sama. (=konjungsi bertingkat )
Macam-macamnya:
- sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, hingga, sampai (menyatakan waktu).
- Jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala ( menyatakan syarat ).
- Andaikan, seandainya, andaikata, umpamanya, sekiranya ( menyatakan pengandaian ).
- agar, supaya, biar ( menyatakan tujuan )
- biarpun, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun, kendatipun ( menyatakan konsesif ).
- seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana ( menyatakan pemiripan ).
- sebab, karena, oleh karena ( menyatakan sebab )
- hingga, sehingga, sampai(-sampai), maka(nya) ( menyatakan akibat ).
- bahwa ( menyatakan penjelasan ).

c. Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa dan kedua unsure itu memiliki status sintaksis yang sama.
Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan.

Macam-macamnya:
- baik … maupun …
- tidak hanya …, tetapi ( …) juga …
- bukan hanya …, melainkan …
- (se)demikian (rupa) … sehingga…
- apa(kah) … atau …
- entah … entah …
- jangankan …, …pun …

Perhatikan contoh berikut!
1. Baik Andi maupun Toni ingin kursus piano.
2. Tidak hanya kehilangan rumah, tetapi ia juga kehilangan seluruh keluarganya.
3. Kakaknya belajar demikian tekun, sehingga ia dapat peringkat pertama.
4. Entah ditanggapi entah tidak, ia akan mengajukan usul itu.
5. Jangankan teriak, berbicara pun suaranya tidak bias keluar.


2. Konjungsi Antarkalimat yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain.
Oleh karena itu, konjungsi ini selalu memulai satu kalimat yang baru dan huruf pertamanya ditulis dengan huruf capital.

Macam-macamnya:
- biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu ( menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu )
- kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu ( menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar hal yang telah dinyatakan sebelumnya ).
- sebaliknya ( menyatakan kebalikan dari pernyataan sebelumnya ).
- sesungguhnya, bahwasannya ( menyatakan keadaan yang sebenarnaya ).
- malahan, bahkan ( menyatakan menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya).
- akan tetapi, namun, kecuali itu ( menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya ).
- dengan demikian ( menyatakan konsekuensi )
- oleh karena itu, oleh sebab itu ( menyatakan akibat )
- sebelum itu ( menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya )

3. Konjungsi Antarparagraf yaitu konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan paragraf tempat konjungsi itu dipakai dengan paragraf sebelumnya.
Konjungsi antarparagraf pada umumnya terletak pada awal paragraf.
Macam-macamnya:
- adapun
- akan hal
- mengenal
- dalam pada itu

Selain keempat konjungsi antarparagraf tersebut terdapat juga konjungsi antarparagraf berikut:
- alkisah
- arkian
- sebermula
- syahdan

Gaya Bahasa/Majas

I. Majas/Gaya Bahasa
Majas adalah bahasa kias yang dapt menghidupkan dan meningkatkan efek atau kesan menimbulkan konotasi tertentu.
Kesan yang terdapat dalam suatu majas disebabkan adanya perbandingan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.

Macam-macam majas:
A. Majas perbandingan:
1. Personifikasi adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mengkaitkan sifat-sifat manusia pada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup
Contoh: - Sinar pagi membelai daun.
- Baru 3 km berjalan mobilnya sudah batuk-batuk.
- Burung-burung itu menyanyi dengan riangnya.

2. Metafora adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama, tanpa kata pembanding seperti atau sebagai di antara dua hal yang berbeda.
Contoh: - Raja siang telah pergi keperaduannya. ( raja siang = matahari )
- Dewi malam telah keluar dari balik awan. ( dewi malam = bulan )
- Tulisan cakar ayam itu yidak dapat dibaca. ( cakar ayam = jelek)

3. Eufemisme ( ungkapan pelembut ) adalah majas perbandingan yang melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut untuk menggantikan kata-kata lain untuk sopan santun atau tabu-bahasa (pantang)
Contoh: - para tunakarya perlu perhatian yang serius dari pemerintah.
- Pramuwisma bukan pekerjaan hina.
- Ayahnya sudah tidak berada di tengah-tengah mereka.
- Kasihan, anak itu hilang akal setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.

4. Sinekdokhe dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pras pro toto adalah majas yang melnyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud adalah seluruhnya.
Contoh: - Dia mempunyai lima ekor kuda.
- Sudah lama benar tidak tampak batang hidungnya,
- Setiap kepala harus membayar iuran seribu rupiah.

b. Totem pro parte adalah majas yang menyebutkan keseluruhan, tetapi yang dimaksud sebagian.
Contoh: - Sekolah ini selalu menjadi juara pertama pertandingan basket antarpelajar.
- Kaum wanita memperingati hari Kartini.
- Indonesia menang 3-0 melawan Malaysia dalam pertandingan sepak bola tadi malam.

5. Alegori adalah majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh, perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh ( majas yang berupa suatu cerita singkat dan mengandung kiasan atau lambing.
Contoh: - Hidup ini diperbandingkan dengan perahu yang tengah berlayar di lautan.
Suami = nahkoda
Istri = juru mudi
Topan, gelombang, batu karang, = cobaan/ halangan dalam kehidupan.
Tanah seberang = cita-cita hidup
- Hidup ini diumpamakan seperti biduk yang berada di tengah lautan. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam mengemudikannya agar tidak diterjang badai dan topan.

6. Hiperbola adalah majas yang melukiskan dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti ( majas yang melukiskan sesuatu dengan peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan pernyataan yang berlebih-lebihan.
Conroh: - Kakak membanting tulang demi menghidupi keluarganya.
- Gantungkan cita-citamu setinggi langit.
- Suaranya menggelegar membelah angkasa.

7. Simbolik adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan memperbandingkan benda-benda lain sebagai simbul atau pelambang.
Contoh: - Dari dulu tetap saja ia menjadi lintah darat. ( lintah darat = lambing pemeras, pemakan riba).

8. Litotes ( hiperbola negatif ) adalah majas yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnyaa guna merendah diri.
Contoh: Prjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudera luas.

9. Alusio adaalah majas yang mempergunakan ungkapan peribahasa, atau kata-kata yang artinya diketahui umum.
Contoh: Ah, dia itutong kosong nysring bunyinya.
Rupanya Ahmad makan tangan hari ini hingga membuat iri teman-temannya.

10. Asosiasi adalah majas yang memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain karena adanya persamaan sifat.
Contoh: Wajahnya muram bagai bulan kesiangan.

11. Perifrasis adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
Contoh: Petang barulah dia pulang.
Menjadi Ketika matahari hilang di balik gunung barulah ia pulang.
12. Metonemia adalah majas yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.
Contoh: Kemarin ia memakai Fiat , sekarang naik Kijang ( merk mobil )

13. Antonomasia adalah majas yang meyebutkan nama lain terhadp seseorang berdasarkan cirri atau sifat yang menonjol yang dimilikinya.
Contoh: Si pincang, si jangkung, si keriting, dsb.

14. Tropen adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan sesuatu pekerjaan atau perbuatan dengan kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan dan sejajar.
Contoh: Setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak dan istrinya.

15. Parabel adalah majas dengan menggunakan perumpamaan dalam hidup.
Majas ini terkandung dalam seluruh isi karangan.
Contoh: Bhagawat Gita, Mahabarata, Bayan Budiman
1. Ironi adalah majas sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang.
Contoh: Harun benar sore ini!

2. Sinisme adalah gaya sindiran dengan menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi tetapi kasar.
Contoh: Itukah yang dinamakan bekerja.

3. Sarkasme adalah majas sindiran yang terkasar serta langsung menusuk perasaan.
Contoh: Otakmu memang otaku dang!

C. Majas penegasan:
1. Pleonasme adalah majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya yang tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangk
Contoh: - Saya telah menyaksikan dengan peristiwa itu dengan mata kepala saya sendiri
- Tubuhnya berlumuran darah yang berwarna merah.
- Salju putih sudah mulai turun ke bawah.

2. Repetisi adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung, kita junjung dia sebagai pembebas kita.

3. Pararelisme adalah majas penegasan seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi.
Pararelisme dibagi menjadi:
a. Anafora adalah bila kata atau frase yang diulang terletak di awal kalimat.
Contoh: Kalau `lah diam malam yang kelam
Kalau` lah tenang sawang yang lapang
Kalau`lah lelap orang dilawang
b. Epifora adalah bila kata atau frase yang diulang terletak di akhir kalimat atau lirik.
Contoh: Kalau kau mau, aku akan datang.
Jika kau kehendaki aku akan datang
Bila kau minta, aku akan datang
Disamping itu, adapun yang memperlihatkan penggunaan anaphora dan epifora dan sekaligus.
Contoh: Kami jemu pada lagu
Kami benci pada lagu
Kami runtuh karena lagu
( “Suara dari Sudut Gelita”, oleh Muhammad Ali )

4. Tautologi adalah majas penegasan yang melukiskan suatu dengan mempergunakan kata-kata yang sama artinya ( bersinonim ) untuk mempertegas arti.
Contoh: Saya khawatir serta was-was akan keselamatannya.

5. Simetri adalah majas penegasan yang melukiskan suatu dengan mempergunakan satu kata, kelompok kata atau kalimat yang diikuti oleh kata, kelompok kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang pertama.
Contoh: Kakak berjalan tergesa-gesa, seperti orang dikejar anjing gila.

6. Enumerasio adalah majas penegasan yang melukiskan beberapa peristiwa membentuk satu kesatuan yang dituliskan satu per satu supaya tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya tampak jelas.
Contoh: Angin berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi.

7. Klimaks adalah majas penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
Contoh: - Menyemai benih, tumbuh hingga menuainya, aku sendiri yang mengerjakannya.
- Anak-anak, remaja, dewasa datang menyaksikan film “Saur Sepuh.”

8. Antiklimaks adalah majas penegasan dengan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin melemah pengertiannya.
Contoh: Jangankan seribu, atau seratus, serupiah pun tak ada.

9. Retorik adalah majas penegasan dengan mempergunakan kalimat Tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karean sudah diketahuinya.
Contoh: Mana mungkin orang mati hidup kembali?

10. Koreksio adaalah majas penegasan berupa membetulkan (mengoreksi) kembali kata- kata yang salah diucapkan, baik disengaja maupun tidak,
Contoh: Hari ini sakit ingatan , eh … maaf, sakit kepala maksudku.

11.Asidenton adalah majas penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa memakai kata penghubung.
Contoh: kemeja, sepatu, kaos kaki, dibelinya di took itu.

12. Polisidenton adalah majas penegasan yang menyatakan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara berturut-turut dengan memakai kata penghubung.
Contoh: Dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.

13. Eklamasio adaalah majas penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh: Amboi, indahnya pemandangan ini!
14. Praeterito adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.
Contoh: Tidaak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa penyebab kegaduhan itu.
15. Interupsi adalah majas penegasan yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya.
Contoh: Aku, orang yang sepuluh tahun bekerja di sini, belum pernah dinaikkan pangkatku.

D. Majas pertentangan
1. Antitesis adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata-kata yang berlawanan arti.
Contoh: Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai seseorang wanita.

2. Paradoks adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya bertalian.
Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.

3. Okupasi adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh : Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat menghentikan kebiasaannya. Maka muncullah pabrik-pabrik rokok karena untungnya banyak.

4. Kontradiskio interminis adalah majas pertentangan yang memperlihatkaentangan
dengan penjelasan semua
Contoh: Semua murid kelas ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut jam

Peribahasa

H. Peribahasa
Peribahasa adalah bahasa berkias berupa kalimat atau kelompok kata yang tetap susunannya.
Peribahasa dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu:
A. Pepatah
B. Perumpamaan
C. Pemeo

Pepatah adalah sejenis peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran dari orang tua.
Contoh:
1. Bayang-bayang sepanjang badan: apa yang dikerjakan hendaknya disesuaikan dengan kekuatan diri sendiri
2. Tak ada gading yang tak retak: semua orang atau sesuatu itu tentu ada kurang atau celanya meskipun hanya sedikit.
3. Panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari: kebaikan yang banyak itu hilang oleh kesalahan yang sedikit.
4. Tiada rotan akar pun jadi: jika tidak ada yang baik, yang kurang baik pun dapat digunakan.
5. Mati semut karena gula: manusia dapat dikuasai dengan kata-kata manis.

Perumpamaan ialah sejenis peribahasa yang berisi perbandingan.
Biasanya menggunakan kata-kata: seperti, sebagai, bagai, bak, dan laksana.
Contoh:
1. Mendengar berita itu hatinya bagai diiris sembilu. = hati yang sangat pedih.
2. Semenjak kejadian malam itu, gadis itu bagai kucing dibawakan lidi. = orang yang berada dalam ketakutan.
3. Jika ingin jadi manusi mulia, belajarlah seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk. = orang yang berilmu tinggi tidak akan menyombongkan dirinya.
4. Shinta dan Shanti seperti pinang dibelah dua, jarang orang dapat membedakannya. = dua orang yang serupa benar.
5. Baginya gadis itu seperti pungguk merindukan bulan. = mengharapkan sesuatu yang tidak mengkin tercapai.
Pemeo ialah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan.
Contoh:
1. Kamu harus sabar, harus patah sayap bertongkat paruh. = tidak mudah putus asa.
2. Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah. = daripada hidup menanggung malu, lebih baik mati.
3. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. = laba sama dibagi, rugi sama dipikul.
4. Esa hilang, dua terbilang. = tetap hati mengerjakan suatu pekerjaan yang berbahaya.
Tak emas bungkal diasah, tak air taalang dipancung. = segala daya upaya dilakukan, asal yang dicita-citakan berhasil.
H. Ungkapan

Ungkapan atau idiom ialah bentuk bahasa berupa gabungan kata (frasa) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya.
Dalam bahasa Indonesia, idiom dibagi atas beberapa jenis sebagai berikut:
1. Idiom dengan menyebutkan bagian tubuh.
Contoh:
a. Selesaikan masalah itu dengan kepala dingin!
( kepala dingin = pikiran yang tenang )
b. Denny kelihatan berat hati meninggalkan tanah kelahirannya.
( berat hati = bimbang )

2. Idiom yang berhubungan dengan indra.
Contoh:
a. Jangan bermuka masam terus nanti kelihatan tua!
( muka masam = murung )
b. Semenjak perusahaannya mengalami pailit, dia kelihatan sempit hati.
(sempit hati = lekas marah )
3. Idiom dengan nama warna.
Contoh:
a. Gadis itu tampak merah muka jika bertemu dengan pemuda idamannya.
( merah muka = kemalu-maluan )
b. Kasus pencurian kemarin diajukan ke meja hijau.
( meja hijau = pengadilan )
4. Idiom dengan nama benda-benda alam.
Contoh:
a. Sekarang keluarga Pak Joko jadi bumi langit di kampung ini.
( jadi bumi langit = orang yang selalu diharapkan pertolongannya)
b. Karena salah air, anak itu jadi nakal.
( salah air = salah didikan )
5. Idiom dengan nama binatang.
Contoh:
a. Amin selalu menjadi kambing hitam di kelasnya.
( kambing hitam = orang yang dipersalahkan )
b. Karena berotak udang, Darman jarang sekali naik kelas.
( berotak udang = bodoh )
6. Idiom dengan nama bagian tumbuh-tumbuhan.
Contoh:
a. Semenjak musibah itu, sekarang Heny hidup sebatang kara.
( sebatang kara = hidup seorang diri )
b. Buku ini merupakan buah pena penulis yang sangat dikagumi banyak orang.
( buah pena = karangan )
7. Idiom dengan nama bilangan.
Contoh:
a. Kita harus bersatu padu jika ingin menang dalam pertandingan nanti.
( bersatu padu = benar-benar bersatu )
b. Karya seni itu tiada duanya di Negara ini.
( tiada duanya = tidak ada bandingnya )

Perubahan Makna

3. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
1. Makna leksikal adalah makna kata yang kurang lebih bersifat tetap dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh ada dalam kehidupan kita.
Contoh: tikus ( Tikus itu dimakan kucing ).
2. Makna gramatikal adalah makna kata yang muncul akibat peristiwa gramatikal (ketatabahasaan ).
Makna gramatikal ini biasa timbul, karena:
a. Urutan kata
Toni mengajak Tina pergi
Tina mengajak Toni pergi
b. Intonasi
Toni pergi.
Toni pergi?
c. Bentuk kata
Tono tidur di aula.
Toni tertidur di aula.
d. kata tugas
Toni makan dan minum di sini.
Toni makan atau minum di sini.

3. Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya, baik sebagai kata lepas maupun dalam kalimat.
Contoh: Saya terjatuh dari pohon.
Mereka sedang makan nasi.
4. Makna konotasi adalah makna yang memerlukan berbagai penafsiran ( makna ganda ).
Dengan kata lain makna konotasi mendukung makna tidak sebenarnya.

A. Istilah dan Kata
Istilah adalah kata atau gambaran kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep-konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Untuk memahami istilah yang dipakai dalam suatu kalimat, kita harus tahu arti dan penggunaannya.
Misalnya: Kita perlu mengadakan diversifikasi tanaman untuk meningkatkan hasil pertanian kita.
Para siswa sedang mengidentifikasi data angket yang akan diteliti.
Ibu yang sedang sakit itu diperiksa urinenya.

B. Perubahan Makna
Kata-kata dalam bahasa tertentu mengalami perubahan arti.
Ada 6 jenis perubahan arti yaitu:
1. Meluas ( generalisasi ) adalah makna kata sekarang lebih luas daripada makna asalnya.
Contoh:
Kata Makna Dasar Makna Sekarang
Bapak Orang tua laki-laki Semua laki-laki yang sudah tua atau tinggi kedudukannya
Ibu Orang tua perempuan Semua perempuan yang sudah tua atau tinggi kedudukannya
Saudara Anak sekandung Semua orang sederajat



2. Menyempit ( spesialisasai ) adalah makna sekarang lebih sempit daripada makna asalnya.
Contoh:
Kata Makna Dasar Makna Sekarang
Sarjana Orang pandai Lulusan perguruan tinggi
Madrasah Sekolah Sekolah agama
pembantu Orang yang membantu Pelayan rumah tangga
3. Amelioratif (membaik) adalah makna kata sekarang lebih baik daripada makna kata asalnya.
Contoh:
Kata dahulu kata Sekarang
Perempuan Wanita
Pemberian anugerah
Anak laki-laki putra

4. Peyoratif adalah makna sekarang lebih jelek daripada makna asalnya.
Contoh: kawin, gerombolan, oknum, perempuan dsb.

5. Sinestesia adalah makna kata yang timbul karena tanggapan dua indera yang berbeda.
Contoh:
Kata-katanya pedas. (pencecap ke pendengaran)
Lagunya enak didengar. (pencecap ke pendengaran)
Suaranya lembut. (peraba ke pendengaran)
6. Asosiasi adaalah makna kata yang timbul karena persamaan sifat.
Contoh: Hati-hati menghadapi tukang catut di bioskop itu.
Kata Makna Baru (asosiasi/kias)
Amplop Uang sogok
Bunga Gadis cantik
putih Suci, bersih


C. Hubungan Makna
1. Sinonim adalah kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan makna.
Contoh: siuman = sadar
datang = tiba = sampai

2. Antonim adalah kata-kata yang memiliki makna berlawanan.
Contoh:
besar – kecil
atas - bawah
siang - malam

Antonim dibedakan menjadi:
a. Antonim kembar : putra-putri, dewa-dewi, pemuda-pemudi.
b. Antinim gradual : panjang - pendek, tinggi- rendah, tua–muda.
c. Antonim relasional : suami- istri, guru-murid, penjual-pembeli.
d. Antonim majemuk : emas-perak, gelang-kalung, pintu-jendela dsb.
e. Antonym hierarkis : jendral-kopral, kilometer-meter dsb.

3. Polisemi adalah suatu kata yang memiliki makna ganda.
Namun demikian, di antara makna tersebut masih terdapat hubungan makna.
Contoh: Anak saya sakit. ( keturunan )
Ia anak buahku. ( bawahan )
Hati-hati,anak tangga itu rapuh. ( bagian tangga yang diinjak )
4. Hiponim adalah suatu kata yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain.

Bahasa Baku & Reduplikasi (Kata Ulang)

A. Kata Ulang (Reduplikasi)
Kata ulang atau reduplikasi adalah kata jadian yang terbentuk dengan pengulangan kata.
1. Bentuk kata ulang antara lain:
a. Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau dwilingga, yaitu pengulangan seluruh kata dasar.
Contoh : ibu-ibu hitam-hitam
kuda-kuda danau-danau
b. Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian, yaitu bentuk pengulangan kata dengan mendapat awalan, sisipan, akhiran atau gabungan imbuhan sebelum atau sesudah kata dasarnya diulang.
Contoh : berlari-lari bermain-main
menari-nari hormat-menghormati
bunga-bungaan kekanak-kanakan
c. Kata ulang berubah bunyi atau bervariasi fonem, baik vokal maupun konsonan.
Contoh : lauk-pauk
serta-merta
warna-warni
gerak-gerik
mondar-mandir
d. Kata ulang suku awal atau dwipurwa, yaitu bentuk pengulangan suku pertama kata dasarnya, biasanya disertai variasi.
Contoh : lelaki
laki-laki ~ lelaki
sesama
sama-sama ~ sesama
tetangga
tangga-tangga ~ tetangga
Keterangan:
1. Selain bentuk kata ulang di atas, terdapat kata ulang semu atau kata dasar berulang.
Contoh : cumi-cumi paru-paru
laba-laba pura-pura
biri-biri kura-kura
kupu-kupu kunang-kunang
2. Makna kata ulang menyatakan banyak tak tentu.
Contoh : gunung-gunung
daerah-daerah
gerak-gerik
rumah-rumah
pepohonan
3. Menyatakan sangat.
Contoh :
rajin-rajin besar-besar
kuat-kuat manis-manis
4. Menyatakan saling, berbalasan atau pekerjaan dilakukan oleh dua pihak.
Contoh : kunjung-mengunjungi tuduh-menuduh

5. Menyatakan paling atau intensitas.
Contoh : setinggi-tingginya
sebanyak-banyaknya
sebaik-baiknya
6. Menyatakan tiruan atau menyerupai.
Contoh : orang-orangan
siku-siku
rumah-rumahan
7. Menyatakan bersenang-senang atau santai.
Contoh : duduk-duduk minum-minum
membaca-baca tidur-tiduran
berjalan-jalan berbaring-baring


2. Kata Baku dan Tidak Baku

Bahasa baku ( kata baku ) adalah bahasa atau kata yang mengikuti ragam atau kaidah yang telah ditentukan atau telah dilazimkan berdasarkan ejaan yang telah disempurnakan.
Fungsi bahasa baku adalah:
1. Fungsi pemersatu
2. Fungsi pemberi kekhasan
3. Fungsi pembawa kewibawaan
4. Fungsi sebagai kerangka acuan
Ciri-ciri bahasa baku:
1. Kemantapan dinamis
2. Kecendikiaan
3. Keragaman kaidah

Penggunaan bahasa baku:
1. Alat komunikasi resmi, seperti dalam upacara kenegaraan, rapat dinas, administrasi pemerintahan, surat-menyurat resmi, perundang-undangan, dan sebagainya.
2. Sebagai bahasa pengantar dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
3. Bahasa dalam wacana teknis, seperti laporan kegiatan, laporan penelitian, usulan proyek, karangan ilmiah, lamaran pekerjaan, seminar ilmiah, makalah ilmiah, artikel/karangan tentang sesuatu ilmu yang ditulis dalam majalah atau buku, dan sebagainya.
4. Alat pembicaraan dengan orang-orang yang patut dihormati dan/atau orang-orang yang belum atau baru saja dikenal.
Contoh:
KATA TIDAK BAKU KATA BAKU KATA TIDAK BAKU KATA BAKU
konsekwensi konsekuensi kampak Kapak
sistim Sistem samudra Samudera
praktek Praktik varitas Faritas
apotik apotek ujud Wujud
nasehat Nasihat sodara Saudara
hakekat Hakikat tehnik Teknik
ijasah Ijazah analisa Analisis
menejemen Manajemen ketemu Bertemu
jadual Jadwal kebalik Terbalik
bis Bus gimana Bagaimana
diagnosa diagnosis nggak, enggak Tidak
gubug Gubuk kasih, ngasih memberi